Juventus F.C.
Juventus Football Club S.p.A. (dari bahasa Latin: iuventus: masa
muda, diucapkan [juˈvɛntus]),
biasa disebut sebagai Juventus dan popular dengan nama Juve,
merupakan sebuah klub sepak bola profesional
asal Italia yang berbasis di kota Turin, Piedmont, Italia. Klub ini didirikan pada 1897 dan
telah mengarungi beragam sejarah manis, dengan pengecualian kejadian musim
2006-2007, di Liga Italia Seri-A. Klub ini
sendiri merupakan salah satu anak perusahaan dari FIAT
Group, yang saat ini dimiliki oleh keluarga Agnelli, dan membawahi
perusahaan-perusahaan lain seperti Fiat Automobile, tim F1 Scuderia Ferrari, Ferrari Corse, dan Maserati Automobile.
Juventus merupakan klub tersukses dalam sejarah Liga Italia Seri-A dengan raihan 28
gelar juara (Scudetto), dan juga tercatat sebagai salah satu klub
tersukses di dunia. Merujuk pada Federasi Sejarah & Statistik Sepak Bola
Internasional, sebuah organisasi internasional yang berafiliasi pada FIFA,
Juventus menjadi klub terbaik Italia pada abad 20, dan menjadi klub terbaik
Italia kedua di Eropa dalam waktu yang sama.
Secara keseluruhan, klub ini telah memenangi 52 kejuaraan
resmi. Dengan rincian 41 di Italia, dan 11 di zona UEFA dan dunia. Sekaligus
menjadikannya sebagai klub tersukses keempat di Eropa, dan ketujuh di dunia,
dengan gelar-gelar dunia yang diakui oleh enam organisasi konfederasi sepak
bola, dan tentunya FIFA.
Klub ini menjadi klub pertama Italia dan Eropa Selatan yang
berhasil memenangi gelar Piala UEFA (sekarang namanya menjadi Liga Europa). Pada
1985, Juventus menjadi satu-satunya klub di dunia yang berhasil memenangi
seluruh kejuaraan piala internasional dan kejuaraan liga nasional, dan
menjadi klub Eropa pertama yang mampu menguasai semua kejuaraan UEFA dalam satu
musim.
Juventus juga menjadi salah satu klub sepak bola Italia
dengan jumlah fans terbesar, dan diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang
juga menjadi fans Juve. Klub ini menjadi salah satu pencipta ide European
Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14,
yang berisikan klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak
pemain untuk tim nasional Italia.
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio
Olimpico di Torino yang menggantikan markas sebelumnya yaitu Stadion Delle Alpi yang
dirobohkan dan dibangun ulang sebagai stadion baru bernama Juventus Arena. Juventus resmi memakai
stadion baru mereka tesebut pada awal September 2011.
Sejarah
1887–1922: Awal mula
![]() |
Foto Juventus pada tahun 1898 |
Pada 1906,
beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin. Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick
kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs.
Torino sebagai Derby della Mole. Juventus sendiri ternyata tetap eksis
walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.
1923–1980:
Masuknya Keluarga Agnelli dan merajai Italia
Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada
1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.[3] Hal ini memberikan semangat baru untuk
Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil menjadi scudetto dengan mengalahkan Alba Romadengan agregat 12-1. Pada era
1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali
berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano[21], dan
beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
![]() |
John Charles-Omar Sivori-Giampiero Boniperti |
Juventus
kemudian pindah kandang ke Stadio
Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal
merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino.
Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala
Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah
berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua
mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini
membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola Italia kemudian memutuskan
untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta
dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober,
Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino
yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari
Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim
panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli mengambil alih posisi presiden klub,
meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan
Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti
Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai
Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah
kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada
18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu
finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang
mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian
kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik
berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi
kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama
seperti Giampiero
Boniperti. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan
menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah
memenangi 10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih
menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve
juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun di 1961
sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua
kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era
1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada
era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di
bawah arahan Čestmír
Vycpálek, Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama
musim, Juve belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil
kembali ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun
kalah dari Leeds United. Di
pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro
ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian,
Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve
menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto
ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini, Juve
dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai
menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah
dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan
berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff.
Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78.
Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni
Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era
1980-an.
1981–1993: Scudetto ke-20 dan merajai Eropa
![]() |
Paolo Rossi-Michel Platini |
Era tangan dingin
Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an. Juve sangat perkasa di era tersebut,
dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil
dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossi sebagai salah satu pemain Juve
kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah
berlangsungnya Piala Dunia pada tahun tersebut. ditambah dengan kedatangan bintang
Prancis Michel Platini,
Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga
disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal
itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka
musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino.
Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) dan Standard Liege (Belgia) di penyisihan. Akan tetapi,
Juventus kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan mereka
menembus perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma
melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin
dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara
Serie A dan Liga Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang
menjadi juara. Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat
mereka bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi.
Berada di posisi kedua di kompetisi domestic dan Eropa, Juventus akhirnya
berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala
Interkontinental.
Musim
panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di
usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri karirnya di
sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan
Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong
Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi,
Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang
musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar
ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di
Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi
bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah
era keemasan Rossi usai, Michel Platini kemudian secara mengejutkan berhasil
menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985,
dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus
menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain
terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan. Platini
juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga
Champions Eropa pada
1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung
di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso
Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool.
Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa
selama lima tahun. Juventus
kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86,
yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir
1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui
keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan
kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan. Pada 1990, Juve pindah kandang ke
Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.
1994–2003: Era Marcello Lippi
![]() |
Marcello Lippi sewaktu masih melatih Juventus |
Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus
pada awal musim 1994-95. Ia
lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk pertama kalinya sejak
pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh saat itu
adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro
Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions
Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor
imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio
Ravanelli menyumbangkan
satu gol untuk Juve.
Sesaat
setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu
secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain
bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve
kembali memenangi Seri-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga Piala Super
Eropa 1996 dan Piala
Interkontinental 1996. Juventus
juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah
oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).
Setelah
dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan gagal), Marcello Lippi
kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka cerutu ini lantas membawa
beberapa pemain biasa, yang kembali ia berhasil sulap menjadi pemain hebat, di
antaranya Gianluigi Buffon, David
Trézéguet, Pavel Nedvěd danLilian Thuram,
dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar Seri-A di
musim 2001-02 dan 2002-03. Juve juga berhasil maju kembali ke final Liga
Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesama tim Italia lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat
menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan
mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990-an dan awal
2000-an.
![]() |
Juventus 1994-1995 |
2004–2011: Terjerat masalah dan masa pemulihan
![]() |
Fabio Capello pada tahun 1972 saat berseragam Juventus |
Mantan pemain
Juventus era 1970-an, Fabio Capello diangkat menjadi pelatih Juve pada
2004. Ia membawa timnya menjuarai dua musim Seri-A di musim 2004-05 dan
2005-06. Sayangnya, di Mei 2006 Juve ketahuan menjadi salah satu klub Seri-A
yang terlibat skandal pengaturan skor bersama AC Milan, AS Roma, SS Lazio, dan ACF Fiorentina. Juve
terkena sanksi berat, dimana mereka terpaksa di degradasi ke seri-B untuk
pertama kali dalam sejarah. Dua gelar yang dibawa Capello juga harus direlakan
untuk dicabut.
Dibawah
manajer muda Perancis, Didier Deschamps dan para pemain setia seperti Gianluigi
Buffon dan Pavel Nedved, Juve menjadi tim super di Seri-B dan dengan hasil
sebagai juara seri-B untuk pertama kalinya, Juve kembali ke Seri-A pada musim
2007-08. Claudio Ranieri diangkat menjadi pelatih Juve setelah
Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga tidak
berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-09. Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara mulai bertugas menangani Juve di dua
pertandingan akhir musim 2008-09 dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-10.
Namun Ferrara pun tidak bisa bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia
gagal membawa Juve berprestasi lebih baik setelah kandas di babak penyisihan
grup Liga Champions. Ia pun akhirnya digantikan oleh Alberto
Zaccheroni. Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim
2009-10 dan kemudian ia digantikan oleh Luigi Del Neri untuk musim 2010-11. Namun setelah
serentetan hasil buruk di paruh musim kedua, manajemen Juventus akhirnya
memutuskan untuk memecat Del Neri tidak lama setelah musim berakhir, dan ia
digantikan oleh mantan bintang Juventus di era 1990-an, Antonio Conte untuk musim 2011-12.
![]() |
Claudio Ranieri sewaktu melatih Juventus musim 2007-2008 |
![]() |
Ciro Ferrara gagal membawa Juventus meraih hasil baik pada 2010 |
2012–sekarang: Kembali ke jalur juara
![]() |
Antonio Conte |
Di bawah asuhan pelatih baru Antonio
Conte yang merupakan mantan pemain Juve di masa silam, Si Nyonya Tua kembali
menemukan jati dirinya yang hilang dalam beberapa musim terakhir dan keluar
sebagai Scudetto di akhir musim 2011-12. Juventus pun mencatat rekor meyakinkan
sampai musim berakhir yaitu tidak terkalahkan sepanjang musim sekaligus menjadi
klub pertama dalam sejarah Seri A yang tidak terkalahkan dalam format Seri A
yang mengikut sertakan 20 klub. Juve pun kembali membuktikan diri sebagai salah
satu klub yang paling kuat dalam segi bertahan dengan hanya kebobolan 20 kali,
dan menjadi klub terbaik kedua Eropa di musim 2011-12 yang mencatat rekor
paling sedikit kebobolan.
Serba-serbi Klub
Warna, Logo, dan Julukan
Juventus telah
bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih ala zebra sejak tahun 1903.
Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink, tetapi karena satu dan lain
hal, salah satu pemain Juve malah tampil dengan pakaian belang. Akhirnya Juve
memutuska untuk beralih kostum menjadi belang hitam-putih.
Juventus
lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang
Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris
yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi
temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk
mengirim kostum belang hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut
menyanggupinya.
![]() |
Perubahan logo-logo Juventus dari 1960-sekarang |
Logo
resmi Juventus Football Club telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi
sejak tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada musim 2004-05. Dimana saat
itu mereka mengubah logo menjadi oval, dengan lima garis vertical, dan banteng
yang dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu sebelum musim 2004-05, Juve memiliki
sebuah symbol berwarna biru (yang merupakan symbol lain dari kota Turin).
Selain itu ditambahkan juga dua bintang yang menggambarkan mereka sebagai
satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar Seri-A 20 kali. Sementara di era
1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan siluet seekor zebra,
menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Seri-A.
Dalam
perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia Signora (the Old Lady dalam bahasa Inggris
atau "si Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu
contoh. Kata "old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang
berarti "youth" (muda) dalam Latin. Nama ini diambil dari usia para pemain
Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya)
merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era
1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la
Fidanzata d'Italia (the
Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Pacar Italia" dalam
bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain
baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain
bermain sebagai pemain sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal
1930-an. Nama lain Juve adalah: I
Bianconeri (the
black-and-whites, atau Si Belang) dan Le
Zebre (the zebras, atau Si Zebra) yang merujuk pada
warna kostum Juventus.
Stadion
Setelah dua musim
perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del Valentino dan
Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza
d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan
untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto.
![]() |
Stadion Delle Alpi |
Dari
1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya
mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan
memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion
Mussolini yang
disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama
menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan
kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali. Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut
masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.
Dari
tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion
Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala
Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo
Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San
Siro di Milan.
Agustus
2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan
nama Stadion
Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian
direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada
November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana
sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi.
Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan
lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip
dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan akan
berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal
musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan
sejarah baru Juventus.
![]() |
Juventus Arena adalah stadion milik Juventus yang dibangun pada bekas lahan Stadion Delle Alpi |
Pendukung
![]() |
Ultras Drughi Bianconeri pendukung fanatik Juventus |
Juventus merupakan
salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan
jumlah tifoso hampir 12 juta orang (32.5%
dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada
Agustus 2008 oleh harian La Repubblica, dan merupakan salah satu klub dengan
jumlah supporter terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir 170 juta orang (43 juta orang di Eropa), selebihnya ada di Mediterrania, yang
kebanyakkan diisi oleh imigran Italia. Tim
Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah
satunya di Indonesia melalui Juventini Indonesia.
Tiket-tiket
pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding
di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan
mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus
sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan
menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang, lebih dibandingkan para pendukung di
Turin sendiri.
Untuk
kawasan Indonesia sendiri
sejak awal musim 2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para
penggemar Juventus, dengan nama Juventus
Club Indonesia (JCI).
Komunitas ini kemudian diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus
untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang
untuk mendapatkan lisensi dari pihak Juventus Italia.
![]() |
Para Suporter Setia Juventus |
![]() |
Juventus Club Indonesia |
Rivalitas
Juventus mempunyai beberapa rival utama di
Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan
derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby
dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri
didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia
adalah Internazionale;
pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby
dari Italia). Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B,
Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua
klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan
1990-an. Juve juga memiliki rival dengan AC Milan, AS Roma dan AC Fiorentina.
Sementara untuk
kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester
United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, dimana
keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga
Champions Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi
Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga
Champions 1985), dimana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di
stadion yang berada di Belgia tersebut.
Himne Juventus
Setiap kali Juventus bertanding dihadapan
para pendukungnya di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan
sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta
lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:
Bahasa Italia
|
Bahasa Inggris
|
Bahasa Indonesia
|
Forza
la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella
signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Tu sei la squadra del
cuore
Sempre in campo undici eroi Vinci l'impossibile e vai Ti seguiremo anche noi
Metti un'altra stella
sul petto
Mille mani al cielo per te... insieme L'onda di una magica ola partirà
Forza la Juve la Juve
la Juve ale'
E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la Juve la Juve
la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Juve... Juve... Juve...
Juve...
Notte di Coppa Campioni
Notte che non finirà mai Grande l'emozione che dai quando tu vinci per noi
Tutti allo stadio a
sognare
Aspettando l'urlo di un goal... insieme L'onda di una magica ola partirà
Forza la Juve la Juve
la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' magica Juve ale'
Forza la Juve la Juve
la Juve ale'
E' bianconera la bella signora Ale' la Juve la Juve la Juve ale' Solo la Juve e' grande la Juve ale'
Juve...Juve...
|
Forza Juve
Juve Juve ale'
And the beautiful lady
in black and white
Ale' Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale'
You are the favorite
team
Also in the eleven heroes Win the impossible and go We will follow
Put another star on his
chest
A thousand hands to heaven for you... set The wave of a magic is start
Forza Juve Juve Juve
ale'
And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve Juve Juve
ale'
The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Juve ... Juve ... Juve
... Juve ...
Night of Champions Cup
Night that never ends Great feeling from your fans When you win for us
All dream in the
stadium
Waiting for the roar of a goal... set The wave of a magic is start
Forza Juve Juve Juve
ale '
The black-white is our flag Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and magic Juve ale'
Forza Juve Juve Juve
ale'
And the beautiful lady in black and white Ale 'Juve Juve Juve ale' Only Juve and great Juve ale'
Juve... Juve...
|
Forza Juve
Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam
warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Anda adalah tim favorit
Dengan sebelas pahlawan Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga Dan kami akan mengikuti
Pasang bintang lain di
dadamu
Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda... Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve Juve Juve
ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve Juve Juve
ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Juve... Juve... Juve...
Juve...
Malam dengan pesta
kemenangan
Malam yang tidak pernah berakhir Perasaan sukacita dari penggemar Anda Ketika Anda menang bagi kami
Semua mimpi di stadion
Menunggu gol yang datang... Di awali sebuah gelombang ajaib
Forza Juve Juve Juve
ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita Forza Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'
Forza Juve Juve Juve
ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Ale' Juve Juve Juve ale' Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'
Juve... Juve...
|
Pembinaan Pemain Muda
![]() |
Juventus Primavera |
Para pemain muda dari Juventus telah dikenal
sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia. Walaupun tidak semua pemain muda Juve
mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung
di klub lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo
Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi, di
antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.
Barisan
pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior
dan juga junior. Diantara pemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara
lain: Gianpiero Combiuntuk Piala Dunia 1934, kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, lalu kemudian ada Giampiero Boniperti, Roberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossidan yang terkini adalah Domenico Criscito dan
Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi
Juventus yang sukses di level internasional.
Mirip
dengan yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan
beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub
sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss)
dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari
pemain-pemain muda berbakat.
Skuat tim dan staf kepelatihan
Tim utama
|
|
Dipinjamkan
|
|
Kepemilikan bersama
|
|
Staf
Berikut merupakan para staf yang bertugas
untuk Juventus.
Hingga 27 Juli 2011.
Hingga 27 Juli 2011.
Posisi
|
Pejabat
|
Pelatih kepala
|
|
Asisten pelatih
|
Angelo Alessio
|
Pelatih penjaga gawang
|
Claudio Filippi
|
Koordinator pelatih
|
Massimo Carrera
|
Asisten koordinator pelatih
|
Cristian Stellini
|
Pelatih fitnes
|
Paolo Bertelli
|
Manajemen tim
Presiden klub
Juventus mempunyai sejarah panjang dalam
kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa di antara mereka ada yang
menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada
yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:
|
|
|
|
Keterangan:
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.
Statistik kepelatihan
Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus
sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus, sampai
saat ini.
|
|
|
|
Keterangan:
(int.)Manajer ad-interim.
(int.)Manajer ad-interim.
Prestasi dan penghargaan
Secara umum, Juventus adalah klub tersukses
di Italia dengan raihan gelar 43 gelar nasional di Italia, dan salah satu klub tersukses di dunia, dengan raihan 11 gelar internasional, dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan
dua FIFA. menjadikan mereka
sebagai klub keempat yang sukses di Eropa dan
juga dunia, dimana semuanya telah
diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola
dunia.
Juventus
telah memenangi 28 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini, dan juga menjadi catatan tersendiri
saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31
sampai 1934-35. Mereka juga telah
memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.
Juventus
menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan dua bintang
sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama
mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk
kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A
untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang
memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada
1959-60 dan 1994-95.
Juventus
tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil
memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi, yang
diakui oleh FIFA, Juve memenangi
Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter Milan.
Klub Turin
ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub
Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.
Juventus
juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali
tepatnya pada 1993 dan 1996, dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub
Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History
& Statistics.
Gelar juara nasional Italia
o
Juara (28 kali): 1905; 1925-26;
1930–31; 1931-32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58;
1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78;
1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02;
2002–03; 2011–12.
o
Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904; 1906;
1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76;
1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008–09.
·
Lega Calcio Seri-B
o
Juara (1 kali): 2006-07.
o
Juara (9 kali): 1937–38; 1941–42;
1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
o
Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1991–92;
2001–02; 2003–04; 2011–12.
·
Piala Kremlin
Gelar Eropa dan dunia
o
Juara (2 kali): 1984-85, 1995-96.
o
Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1982–83;
1996–97; 1997–98; 2002–03
o
Juara (1 kali): 1983-84.
o
Juara (3 kali): 1976-77, 1989-90,
1992-93.
o
Juara kedua (1 kali): 1994–95.
o
Juara (1 kali): 1999-00.
o
Juara kedua (1 kali): 1973.
Rekor dan statistik klub
![]() |
Alessandro Del Piero pemegang rekor sebagai pemain Juventus dengan penampilan terbanyak |
Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve
yang paling banyak tampil dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia
mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada
6 Maret 2008 saat melawan Palermo. Giampiero Boniperti memegang rekor sebagai pemain yang
banyak tampil di seri-A dengan 444 kali penampilan.
Bila
dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del
Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008,
sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat
menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi
secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni
2007.
Pada musim
1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan,
menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc
Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26
penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepakbola Italia). Gol paling
banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique
Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.
Pertandingan
resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football
Championship, yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinesedimana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang
dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa
Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua
klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah
dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar
diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim
1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah
dengan skor 0-8).
Si Nyonya
Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang
musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol
sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke
Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum
dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang
juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.
Kontribusi untuk tim nasional Italia
![]() |
Gianluigi Buffon, salah satu pemain Juventus yang menjadi langganan Piala Dunia |
Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub
yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia dalam sejarah, Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya
klub yang menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934. Juve
juga menjadi contributor utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan
Dua Era Emas, yang pertama adalah saat era Quinquennio
d'Oro (The Golden
Quinquennium), dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo
Leggendario (The Legendary
Cycle), dari 1972 sampai 1986.
Berikut
adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri
Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:
·
Piala Dunia 1934 (9); Gianpiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel IIº, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi andMario Varglien Iº
·
Piala Dunia 1938 (2); Alfredo Foni dan Pietro Rava
·
Piala Dunia 1982 (6); Dino Zoff, Antonio Cabrini, Claudio Gentile, Paolo Rossi, Gaetano Scirea dan Marco Tardelli
·
Piala Dunia 2006 (5); Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Alessandro Del Piero dan Gianluca Zambrotta
Dua pemain
Juve memenangi gelar Sepatu Emas di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo
Rossi di 1982 dan Salvatore Schillaci di Piala Dunia 1990. Sebagai kontributor untuk timnas juara dunia
Italia, dua pemain Juve yaitu Alfredo Foni dan Pietro Rava, juga berhasil
mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade Musim Panas 1936.
Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan Giancarlo Bercellino
juga menjadi bagian dari timnas juara Eropa Italia tahun 1968.
Juventus
juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah
dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi
penyumbang terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain.
Pemain timnas Perancis lain seperti Patrick Vieira, David Trézéguet dan Lilian Thuram juga
sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan
Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat
ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan
Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.
Juventus sebagai perusahaan
Juventus dalam bisnis
![]() |
FIAT Group logo |
Sejak 27 Juni 1967, Juve tercatat sebagai
perushaan publik, dan sejak 3 Desember 2001 nama mereka tercatat di Bursa Saham Italia (Borsa Italiana). Saat ini saham Juventus dimiliki sebanyak 60%
oleh Exor S.p.A, dan FIAT Group (keluarga Agnelli). 7.5% untuk Libyan Arab
Foreign Investment Co. dan 32.5% kepada pemegang saham lainnya.
Bersama SS Lazio dan AS Roma,
Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub
sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High
Requirements, it. Segmento
Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.
Tempat
latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus
Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.
Sejak 1
Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk
karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota
Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO
9001:2000 resolution.
Merujuk
pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan
keuangan Deloitte,
di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di
dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai
klub sepak bola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes,
dimana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua dibelakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.
Juventus F.C. S.p.A
|
|
Pendapatan
|
▲ €213,786,231
(2011–12)
|
▲ (€41,188,373) (2011–12)
|
|
▲ (€48,654,550) (2011–12)
|
|
▲ €427,780,347
(2011–12)
|
|
▲ €64,608,583
(2011–12)
|
Pemasok kostum dan sponsor
Periode
|
Produsen kostum
|
Sponsor
|
1979–1989
|
Ariston
|
|
1989–1992
|
UPIM
|
|
1992–1995
|
||
1995–1998
|
||
1998–1999
|
D+Libertà digitale
/ Tele+
|
|
1999–2000
|
CanalSatellite /
D+Libertà digitale / Sony
|
|
2000–2001
|
Ciao Web / Lotto
|
Sportal.com / Tele+
|
2001–2002
|
Lotto
|
FASTWEB / Tu Mobile
|
2002–2003
|
FASTWEB / Tamoil
|
|
2003–2004
|
||
2004–2005
|
SKY Italia / Tamoil
|
|
2005–2007
|
Tamoil
|
|
2007–2010
|
New Holland FIAT
Group
|
|
2010–2012
|
BetClic / Balocco
|
|
2012–2015
|
FIAT S.p.A (Jeep)
|
Juventus dan kemanusiaan
Juventus juga menunjukan
komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek
yang senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai
dan idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia
olahraga dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.
Keterlibatan
dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya
datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut,
yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan
simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah
gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat
ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta
membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah
upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian
yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung,
maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.
Dalam
beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil
menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di
kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah
penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang telah
berhasil di antaranya:
·
Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan
taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang
berguna.
·
Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli,
berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan
tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.
·
Proyek "Growing
Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai
pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah
sakit Sant'Anna.
Mantap lengkap sejarah Juventus nya
BalasHapuswebsite toko Jersey jakarta tanah abang
BalasHapus